PENGARUH
PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN
1. Pertumbuhan Penduduk di Indonesia
Berdasarkan sensus
tahun 2010 diketahui bahwa pertumbuhan penduduk melebihi proyeksi nasional
yaitu sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) 1,49 per
tahun. Jika laju pertumbuhan penduduk 1,49 persen per tahun maka setiap
tahunnya akan terjadi pertumbuhan penduduk sekitar 3,5 juta lebih per tahun.
Dengan demikian, jika di tahun 2010 jumlah penduduk 237,6 juta jiwa maka di
tahun 2011 bertambah 3,5 juta maka sekarang ada 241 juta jiwa lebih. Bila laju
pertumbuhan tidak ditekan maka jumlah penduduk di Tanah Air pada 2045 bisa
menjadi sekitar 450 juta jiwa, hal ini berarti satu dari 20 penduduk dunia adalah
orang Indonesia.
Apabila pertumbuhan
penduduk terus bertambah, sementara laju pertumbuhan ekonomi berjalan lamban,
maka negara tersebut akan semakin bertambah miskin dan akan mempengaruhi
kehidupan sosial masyarakat. Untuk itu diperlukan upaya dan langkah konkret
guna menghindari terjadinya ledakan penduduk di masa yang akan datang.
2. Pengaruh
Pertumbuhan Penduduk Terhadap Perkembangan Sosial
Pertumbuhan penduduk
yang signifikan akan berdampak pada perubahan sosial kehidupan masyarakat
Indonesia. Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan dalam suatu
masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk di dalamnya
nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku dalam masyarakat. Berikut
adalah penjelasan mengenai pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap perkembangan
sosial di masyarakat.
a. Meningkatnya
permintaan terhadap kebutuhan sandang, pangan,dan papan
Setiap manusia pasti
memiliki kebutuhan pokok yang harus terpenuhi, yakni sandang, pangan, dan
papan. Ketiga kebutuhan ini tak terelakkan lagi harus terpenuhi untuk
kelanjutan hidup manusia. Kebutuhan akan sandang dapat dipenuhi oleh industry
tekstil,kebutuhan akan pangan dapat dipenuhi oleh industri pertanian(salah
satunya), dan kebutuhan papan dapat dipenuhi oleh industry bahan bangunan
(salah satunya). Jika terjadi ledakan jumlah penduduk, maka semakin banyak pula
manusia yang membutuhkan asupan sandang, pangan, dan papan.Tapi apa yang
terjadi jika ternyata stok sandang, pangan, dan papan yang ada ternyata tidak
mampu memenuhi kebutuhan penduduk yang jumlahnya semakin bertambah ?
Dalam buku berjudul The
Population Bomb (Ledakan Penduduk) pada tahun 1968 oleh Paul
R. Ehrlich meramalkan adanya bencana kemanusiaan akibat
terlalu banyaknya penduduk dan ledakan penduduk. Karya tersebut menggunakan
argumen yang sama seperti yang dikemukakan Thomas Malthus dalam An Essay on the Principle of Population (1798),
bahwa laju pertumbuhan penduduk mengikuti pertumbuhan eksponensial dan akan
melampaui suplai makanan yang akan mengakibatkan kelaparan . Sebagai
contoh untuk kebutuhan pangan, pemerintah memiliki BULOG (Badan Urusan
Logistik) untuk pemerintah pusatdan DOLOG (Depot Logistik) untuk pemerintah
daerah yang berfungsi salah satunya untuk menjamin ketersediaan kebutuhan
pangan pokok seperti beras, minyak goreng, gula, dan lain-lain. Semakin
bertambahnya penduduk, maka akan semakin banyak pula kebutuhan pangan pokok
yang harus disediakan oleh DOLOG.Bagaimana jika kebutuhan sembako yang
disediakan oleh DOLOGternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan penduduk di daerah
itu? Tentu sembako akan menjadi barang rebutan dan akan menjadi barang yang
langka yang mengakibatkan harganya akan semakin melonjak dan masyarakat yang
berada di kelas ekonomi menengah ke bawah tidak mampu membeli kebutuhan pangan
tersebut, dan tentu akan berdampak pada kemiskinan yang kian parah.
b. Berkurangnya lahan
tempat tinggal
Untuk memenuhi
kebutuhan papan yakni rumah tentu kita memerlukan lahan untuk membangun.
Semakin bertambah banyak penduduk, tentu kebutuhan akan rumah semakin banyak
dan otomatis lahan yang dibutuhkan semakin banyak. Sementara lahan yang
tersedia luasnya tetap. Yang akan terjadi adalah padatnya pemukiman dan sedikit
sekali lahan-lahan kosong yang tersisa karena semakin sedikitnya lahan yang
kosong, akan membuat harga tanah semakin melonjak, dan tentu saja masyarakat
ekonomi menengah ke bawah tidak mampu membeli tanah untuk membangun rumah,
sehingga mereka mencari “lahan” lain untuk tinggal, seperti kolong jembatan,
taman kota, stasiun, emperan toko, dan lain-lain.
Tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan papan, untuk memenuhi kebutuhan pangan pun kita memerlukan
lahan. Misalnya beras, untuk menghasilkan beras tentu diperlukan sawah
untukmenanam padi.Semakin bertambahnya penduduk semakin bertambah pula
kebutuhan akan beras . Dan semakin bertambahnya kebutuhan beras akan semakin
bertambah pula kebutuhan akan lahan untuk menanam padi. Apa yang terjadi jika
lahan ‘lumbung padi’ nasional semakin lama semakin berkurang ? Jika kita
dilihat dua fenomena di atas, ledakan penduduk akan mengakibatkan
terjadinya perebutan lahan untuk perumahan dan pertanian. Dan sebagian besar
fenomena yang terjadi dewasa ini adalah pengikisan lahan yang lebih diutamakan
untuk perumahan. Kemudian ledakan penduduk juga akan berakibat semakin
berkurangnya rasio antara luas lahan dan jumlah penduduk atau yang biasa
kita sebut dengan kepadatan penduduk.
c. Meningkatnya
investor yang datang
Dengan banyaknya
jumlah penduduk akan berakibat menjamurnya pusat perbelanjaan. Seorang
pengusaha tentu akan membangun usahanya ditempat yang strategis, tempat yang
ramai, dan tempat yang menurutnya banyak terdapat konsumen. Kawasan padat
penduduklah yang akan menjadi incaran para investor atau pengusaha. Untuk
daerah perkotaan, para pengusaha akan cenderung untuk membangun pusat
perbelanjaan modern atau yang biasa kita sebut Mall. Mungkin
menurut sebagian besar orang, suatu daerah yang memiliki banyak Mall mencirikan
bahwa daerah tersebut adalah daerah metropolitan yang masyarakatnya cenderung
berada di kelas ekonomi menengah ke atas dan akan mendongkrak gengsi
masyarakat. Padahal fakta yang ada di balik fenomena menjamurnya pusat
perbelanjaan modern adalah meningkatnya sifat konsumtif. Jika jumlah pusat
perbelanjaan di suatu daerah semakin banyak, lama kelamaan akan menimbulkan
sifat konsumtif masyarakat di daerah tersebut.
Sifat konsumtif dapat
berujung ke sifat malas, tidak kreatif,dan akhirnya akan menuju ke arah
kemiskinan. Mengapa sifat konsumtif dapat berujung ke sifat malas ? Hal ini
disebabkan karena masyarakat merasa semuanya sudah tersedia di pusat
perbelanjaan tersebut. Sehingga mereka malas untuk memproduksi sesuatu.
Dan akibatnya masyarakat akan terus bergantung pada keberadaan pusat
perbelanjaan tersebut dan menjadi masyarakat yang tidak produktif.
d. Meningkatnya angka
pengangguran
Semakin bertambahnya
jumlah penduduk tentu akan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang tersedia.
Namun bagaimana jika lapangan pekerjaan yang tersedia tidak cukup menampung
jumlah tenaga kerja yang ada? Tentu hal ini akan berdampak pada meningkatnya
angka pengangguran.
Ledakan penduduk
adalah masalah yang harus segera ditangani dengan serius oleh pihak-pihak yang
terkait karena apabila permasalahan ini terus berlanjut akan mengakibatkan
dampak-dampak yang telah dijelaskan. Adapun solusi yang dapat menyelesaikan
permasalahan ledakan penduduk yaitu:
a. Melakukan program
transmigrasi
b. Menggalakkan
program keluarga berencana
c. Mengoptimalkan
lahan dengan menggunakan teknologi.
d. Pemerataan
pembangunan
3.
Hubungan Antara Masalah Penduduk dengan Perkembangan Kebudayaan
“ Kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta
masyarakat “ (Selo Sumarjan dan Soelaeman Soemardi)
Tidak ada kebudayaan
yang statis, semua kebudayaan mempunyai dinamika dan gerak. Gerak kebudayaan
sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah
kebudayaan. Gerak manusia terjadi oleh karena mengadakan hubungan-hubungan
dengan manusia lain.
Terjadinya gerak /
perubahan ini disebabkan oleh beberapa hal :
1. Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat
dan kebudayaan sendiri, misalnya perubahan jumlah dan komposisi penduduk.
2. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan
fisik tempat mereka hidup. Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada dalam
jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan lain, cenderung untuk
berubah lebih cepat.
Gerak tersebut tidak
hanya disebabkan oleh jumlah penduduk dan komposisinya, juga karena adanya
difusi kebudayaan, penemuan-penemuan baru, khususnya teknologi dan inovasi.
Perubahan kebudayaan
terjadi apabila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan
pada unsur-unsur suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa, sehingga
unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan lambat laun diterima dan diolah ke
dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan
itu sendiri.
Beberapa masalah yang
menyangkut proses itu adalah :
o Unsur kebudayaan asing manakah yang mudah
diterima
o Unsur kebudayaan asing manakah yang sulit
diterima
o Individu manakah yang cepat menerima
unsur-unsur baru
o Ketegangan apakah yang timbul sebagai akibat akulturasi
tersebut
Secara sederhana
hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah : manusia sebagai perilaku
kebudayaan, dan kebudayaan merupakan objek yang dilaksanakan manusia. Tetapi
apakah sesederhana itu hubungan keduanya? Dalam sosiologi manusia dan
kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya
berbeda tapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan,
dan setelah kebudayaan itu tercipta, maka kebudayaan mengatur hidup manusia
agar sesuai dengannya. Tampak bahwa keduanya akhirnya merupakan satu kesatuan.
Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan
peraturan-peraturan kemasyarakatan. Pada awalnya peraturan itu jadi maka
manusia yang membuatnya harus patuh terhadap peraturan tersebut. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari
kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu
sendiri. Apa yang tercakup dalam suatu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang
dari kemauan manusia yang membuatnya.
Hubungan antara
manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara
manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya saling
terkait satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan
mana yang lebih awal muncul, manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap
keberadaan keduanya harus menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar
penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.
Sumber
:
http://www.babelprov.go.id/content/pertumbuhan-penduduk-di-indonesia-rata-rata-149-tahun
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/07/05/lnua4p-prediksi-bkkbn-2011-penduduk-indonesia-241-juta-jiwa
http://id.wikipedia.org/wiki/Penduduk
http://id.shvoong.com/social-sciences/anthropology/2099763-dampak-negatif-yang-terjadi-akibat/
“http://www.scribd.com/doc/66015084/Ancaman-Dan-Dampak-Ledakan-Penduduk-Terhadap-Kemakmuran-Sosial-Dan-Peningkatan-Peradaban-Manusia-Jawa-Barat”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar