Jumat, 08 November 2013

MANUSIA DAN ALAM SEMESTA


MANUSIA DAN ALAM SEMESTA

Disini saya akan menjelaskan sedikit hubungan manusia dengan alam semesta.

Manusia : Adalah mahluk social yang senantiasa membutuhkan orang lain, yang oleh karena itu manusia senantiasa membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Ini apabila hanya dilihat dari segi social namun dalam segi agama manusia adalah mahluk yang paling sempurna ciptaan Yang Maha Kuasa.

Dan jika menurut seorang antropologi Indonesia yaitu Koentjaraningrat bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus menerus, Dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Dapat disimpulkan menurut bahasa antropologi atau menurut Koentjaraningrat masyarakat sebagai komponen yang saling berinteraksi secara terus menerus sesuai dengan sistem nilai dan sistem norma yang dianut nya. Yang interaksi tersebut dapat terjadi antara individu dengan individu , antara individu dengan individu lain, maupun antara kelompok dengan kelompok.

Alam Semesta yaitu segala sesuatu yang dianggap ada secara fisik, seluruuh ruang dan waktu. Ruangan yang maha besar yang dimana didalam nya terjadi segala sesuatu peristiwa yang didalam nya dapat diungkapkan manusia maupun yang belum dapat diungkapkan manusia.
Dalam segi agama Alam Semesta ialah ruangan yang maha besar yang diciptakan oleh tuhan Yang Maha Esa, yang didalam adanya interaksi dimana manusia dengan isi alam semesta ini.

Secara Historis Hubungan Manusia dan Alam Semesta

Pembicaraan ini dapat dimulai dari penelusuran terhadap asal muasal manusia sebagai bagian dari alam semesta ini. Asal muasal manusia ini secara ilmiah di awali dengan adanya teori evolusi Darwin yang meskipun pada akhirnya temuan ini dianggap temuan kesimpulan yang menghilangkan faktanya.

Seperti temuan  Ramapithecus yang berusia 15 juta tahun yang lalu dan Oreophitecus yang telah berusia 12 juta tahun yang lalu, Australophithecus yang hidup kira-kira pada 4 juta sampai 600.000 tahun yang lalu. Ini adalah sebagian temuan-temuannya tersebut, akan tetapi masih memunculkan tanbda Tanya besar para ahli lainnya apakah manusia yang dikenal sebagai manusia modern seperti sekarang inio merupakan hasil dari proses adanya evolusi tersebut.

Kesenjangan bukti-bukti ilmiah telah melemahkan hipotesis bahwa manusia adalah perkembangan lebih lanjut dari keluarga primata. Jika pada suatu hari nanti akan ditemkan bukti formula yang menghubungkan manusia dengan nenek moyang hewan, maka hal itu adalah sebuah lompatan yang luar biasa pada pertambahan informasi genetika Hanya dengan lompatan tersebut terbentuk suatu keturunan dengan cirri-ciri manusiawi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan evolusi menuju bentuk Homo Sapiens. Dan akan tetapi sesungguhnya dari hasil tersebut dapat dimaknai bahwa sepanjang sejarah manusia sampai sekarang keterkaitan dengan lingkungan alam semesta sangat tinggi.

Hubungan Fungsional Manusia dan Alam Semesta

Dari segi hubungan fungsional nya bagaimanapun proses penciptaan manusia adalah bagian integral dari alam semesta. Salah satu teori yang mendukung hal in ialah teori cosmoza yang menyatakan bahwa manusia berasal dari luar angkasa, namun pada kenyataannya hal in kurang mendapat tempat dikalangan ilmuan. Bukti-bukti ilmiah yang memperkuat hal ini pun cukp kuat.

Dan sebaliknya pembahasan semakin mengarahkan bahwa bahan baku manusia berasal dari bumi tempat manusia itu sendiri berpijak. Salam sistem kosmos manusia dan alam semesta merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Karena memiliki keunggulan dalam sistem kesadaran maka alam semesta merupakan sebuah obyek yang sangat penting dalam kehidupan manusia, tinjauan manusia tentang alam semesta ini sendiri pun mendekatkan manusia kepada tata laku penciptaannya dan dengan demikian mempertajam persepsi batin manusia untuk mendapatkan suaatu penglihatan yang lebih dalam mengenai itu.

Pengetahuan mengenai alam akan menambah kekuatan manusia mengatasi alam semesta dan memberinya pandangan total tak berhingga yang telah dicari oleh filsafat tetapi tak didapat.
Penglihatan terhadap hakikat tanpa kekuatan untuk melakukannya akan dapat memberikan peningkatan moral tetapi tidak akan dapat memberikan peningkatan kebudayaan yang abadi.
 Sebaliknya, kekuatan tanpa pengelihatan cenderung untuk menjadi destruktif dan dan tak berperikemanusiaan. Keduanya harus digabungkan agar supaya perluasan rohaniah kemanusiaan dapat terlaksana.Kemajuan pengetahuan terhadap alam dalam posisi sebagai sumber kehidupan yang tiada batasnya. Maka wajarlah jika semakin dalam pengetahuan semakin terasa hubuna saling ketergantungan antara manusia dan alam semesta ini. Manusia tunduk dalam hukum-hukum alam fisik dan tak mampu menubahnya, akan tetapi mampu mengatasinya. Ia dapat mengambil jarak sekaligus menjadi bagian dari alam.
Namun keharmonisasian tidak senantiasa menghiasai hubungan antara manusia dengan alam semesta. Pada suatu saat, tatkala kehidupan masih sangat sderhana, insting-insting manusia berjalan bersesuaian dengan sifat-sifat hukum alam. Manusia hidup di goa-goa berburu dengan kapak dan panah batu serta memakan makanan yang alamiah. Namun perkembangan yang ada membuat eksploitasi terhadap alam semakin merusak keseimbangan hubungan yang telah berlangsung bermilyar-milyar tahun. Krisis global lingkungan mengganggu hubungan antara manusia dan alam pada saat ini.
Sejatinya manusia dengan alam haruslah saling berhubungan secara baik selayaknya manusia dengan manusia. Karena manusia dan alam adalah simbiosis mutualisme. Oleh karenanya jika kita sebagai manusia bisa menghargai adanya alam di dunia ini makan alampun juga akan menghargai mahluk hidup-mahluk hidup yang menggunakan alam semesta ini.
             Buku Pengantar Studi Islam untuk Perguruan Tinggi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar