MANUSIA DAN ALAM SEMESTA
Disini saya akan
menjelaskan sedikit hubungan manusia dengan alam semesta.
Manusia : Adalah
mahluk social yang senantiasa membutuhkan orang lain, yang oleh karena itu
manusia senantiasa membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Ini apabila hanya
dilihat dari segi social namun dalam segi agama manusia adalah mahluk yang
paling sempurna ciptaan Yang Maha Kuasa.
Dan jika menurut
seorang antropologi Indonesia yaitu Koentjaraningrat
bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus menerus, Dan yang terikat oleh suatu rasa identitas
bersama. Dapat disimpulkan menurut bahasa antropologi atau menurut
Koentjaraningrat masyarakat sebagai komponen yang saling berinteraksi secara
terus menerus sesuai dengan sistem nilai dan sistem norma yang dianut nya. Yang
interaksi tersebut dapat terjadi antara individu dengan individu , antara individu
dengan individu lain, maupun antara kelompok dengan kelompok.
Alam Semesta yaitu
segala sesuatu yang dianggap ada secara fisik, seluruuh ruang dan waktu.
Ruangan yang maha besar yang dimana didalam nya terjadi segala sesuatu
peristiwa yang didalam nya dapat diungkapkan manusia maupun yang belum dapat
diungkapkan manusia.
Dalam segi agama
Alam Semesta ialah ruangan yang maha besar yang diciptakan oleh tuhan Yang Maha
Esa, yang didalam adanya interaksi dimana manusia dengan isi alam semesta
ini.
Secara
Historis Hubungan Manusia dan Alam Semesta
Pembicaraan ini
dapat dimulai dari penelusuran terhadap asal muasal manusia sebagai bagian dari
alam semesta ini. Asal muasal manusia ini secara ilmiah di awali dengan adanya
teori evolusi Darwin yang meskipun pada akhirnya temuan ini dianggap temuan
kesimpulan yang menghilangkan faktanya.
Seperti temuan Ramapithecus yang berusia 15 juta tahun yang
lalu dan Oreophitecus yang telah berusia 12 juta tahun yang lalu,
Australophithecus yang hidup kira-kira pada 4 juta sampai 600.000 tahun yang
lalu. Ini adalah sebagian temuan-temuannya tersebut, akan tetapi masih
memunculkan tanbda Tanya besar para ahli lainnya apakah manusia yang dikenal
sebagai manusia modern seperti sekarang inio merupakan hasil dari proses adanya
evolusi tersebut.
Kesenjangan
bukti-bukti ilmiah telah melemahkan hipotesis bahwa manusia adalah perkembangan
lebih lanjut dari keluarga primata. Jika pada suatu hari nanti akan ditemkan
bukti formula yang menghubungkan manusia dengan nenek moyang hewan, maka hal
itu adalah sebuah lompatan yang luar biasa pada pertambahan informasi genetika
Hanya dengan lompatan tersebut terbentuk suatu keturunan dengan cirri-ciri
manusiawi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan evolusi menuju bentuk Homo
Sapiens. Dan akan tetapi sesungguhnya dari hasil tersebut dapat dimaknai bahwa
sepanjang sejarah manusia sampai sekarang keterkaitan dengan lingkungan alam
semesta sangat tinggi.
Hubungan
Fungsional Manusia dan Alam Semesta
Dari segi hubungan
fungsional nya bagaimanapun proses penciptaan manusia adalah bagian integral
dari alam semesta. Salah satu teori yang mendukung hal in ialah teori cosmoza
yang menyatakan bahwa manusia berasal dari luar angkasa, namun pada
kenyataannya hal in kurang mendapat tempat dikalangan ilmuan. Bukti-bukti
ilmiah yang memperkuat hal ini pun cukp kuat.
Dan sebaliknya
pembahasan semakin mengarahkan bahwa bahan baku manusia berasal dari bumi
tempat manusia itu sendiri berpijak. Salam sistem kosmos manusia dan alam
semesta merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Karena memiliki
keunggulan dalam sistem kesadaran maka alam semesta merupakan sebuah obyek yang
sangat penting dalam kehidupan manusia, tinjauan manusia tentang alam semesta
ini sendiri pun mendekatkan manusia kepada tata laku penciptaannya dan dengan
demikian mempertajam persepsi batin manusia untuk mendapatkan suaatu
penglihatan yang lebih dalam mengenai itu.
Pengetahuan mengenai
alam akan menambah kekuatan manusia mengatasi alam semesta dan memberinya
pandangan total tak berhingga yang telah dicari oleh filsafat tetapi tak
didapat.
Penglihatan terhadap hakikat tanpa kekuatan untuk melakukannya akan
dapat memberikan peningkatan moral tetapi tidak akan dapat memberikan
peningkatan kebudayaan yang abadi.
Sebaliknya, kekuatan tanpa
pengelihatan cenderung untuk menjadi destruktif dan dan tak berperikemanusiaan.
Keduanya harus digabungkan agar supaya perluasan rohaniah kemanusiaan dapat
terlaksana.Kemajuan pengetahuan terhadap alam dalam posisi sebagai sumber
kehidupan yang tiada batasnya. Maka wajarlah jika semakin dalam pengetahuan
semakin terasa hubuna saling ketergantungan antara manusia dan alam semesta
ini. Manusia tunduk dalam hukum-hukum alam fisik dan tak mampu menubahnya, akan
tetapi mampu mengatasinya. Ia dapat mengambil jarak sekaligus menjadi bagian
dari alam.
Namun keharmonisasian tidak senantiasa menghiasai
hubungan antara manusia dengan alam semesta. Pada suatu saat, tatkala kehidupan
masih sangat sderhana, insting-insting manusia berjalan bersesuaian dengan
sifat-sifat hukum alam. Manusia hidup di goa-goa berburu dengan kapak dan panah
batu serta memakan makanan yang alamiah. Namun perkembangan yang ada membuat eksploitasi terhadap alam
semakin merusak keseimbangan hubungan yang telah
berlangsung bermilyar-milyar tahun. Krisis global lingkungan mengganggu
hubungan antara manusia dan alam pada saat ini.
Sejatinya manusia dengan alam haruslah saling
berhubungan secara baik selayaknya manusia dengan manusia. Karena manusia dan
alam adalah simbiosis mutualisme. Oleh karenanya jika kita sebagai manusia bisa
menghargai adanya alam di dunia ini makan alampun juga akan menghargai mahluk
hidup-mahluk hidup yang menggunakan alam semesta ini.
Buku Pengantar Studi Islam untuk Perguruan Tinggi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar