STUDI KASUS
Mahasiswa, Agen Pembangunan Daerah
KITA sering mendengar slogan “Pemuda harapan bangsa”atau “Maju mundurnya suatu bangsa tergantung pada pemudanya”.
Mahasiswa adalah bagian pemuda yang selalu ditunggu perannya dalam pembangunan. Mahasiswa adalah sekumpulan elemen unik yang ditempatkan dalam posisi ideal dalam masyarakat. Mahasiswa memiliki kompetensi teoritis dan praktis sehingga membawanya pada sebuah identitas intelektual yang memiliki pengaruh dalam setiap perubahan sosial di bangsa ini. Pertanyaannya adalah, apa sajakah peran mahasiswa dalam membangun masyarakat? Kita telah memaklumi bersama bahwa mahasiswa termasuk kalangan elite. Hanya segelintir saja dari jutaan pemuda di Indonesia yang berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi.
Dalam ranah pembangunan, mahasiswa adalah kalangan yang memiliki potensi besar melakukan mobilitas. Bahkan, hal itu sudah dilakukan semenjak mereka resmi memiliki status sebagai mahasiswa karena status itu termasuk kelas menengah. Mahasiswa diharapkan oleh masyarakat untuk kembali dan membangun masyarakat, khususnya di daerah mereka berasal. Mahasiswa yang merantau seolah-olah menjadi perwakilan daerah untuk menyerap ilmu sebanyak mungkin yang kemudian diterapkan dalam pembangunan daerahnya suatu saat nanti. Peran mahasiswa sebagai agen pembangunan daerah merupakan salah satu peran yang diharapkan bisa dijalankan para mahasiswa, meskipun realitas mahasiswa zaman sekarang yang tak sedikit menghabiskan masa studinya dengan hura-hura atau bersenang-senang.
Sebenarnya, apa saja peran mahasiswa yang bisa dimainkannya dalam pembangunan daerah? Pertama, kita dapat melihat potensi mahasiswa dari aspek karakter mahasiswa. Kita memahami, mahasiswa memiliki watak idealis. Semua hal dilihat dan ingin dibentuk dalam tataran ideal. Baik dalam kehidupan mahasiswa itu sendiri, keorganisasian, berbagai sistem, dan kebijakan dalam masyarakat maupun kehidupan bernegara. Mahasiswa biasanya menjadi orang yang paling resah atas ketidakberesan, ketidakadilan, serta menginginkan tegaknya aturan dan norma kebaikan.
Dengan begitu, tepatlah manakala mahasiswa disebut sebagai agen kontrol sosial (social control), mengkritisi setiap ketidakberesan sistem di dalam kehidupan masyarakat maupun negara. Kedua, pemuda memiliki karakter pemikiran yang kritis dan kreatif. Mahasiswa sebagai bagian dari pemuda tak lepas dari sifat ini. Sejarah mengatakan, perubahan-perubahan besar berawal dari para pemuda. Kita dapat melihat bagaimana peristiwa Kebangkitan Nasional, Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, serta reformasi semua tidak luput dari peran para pemuda. Begitu pun dengan berbagai proses perubahan, revolusi dan pembaruan di belahan dunia lainnya.
Kaum muda memiliki frameberpikir yang khas. Berawal dari idealismenya, dia kritis terhadap persoalan-persoalan. Dengan kreativitasnya, dia menawarkan solusi-solusi atas berbagai persoalan yang ada. Tak jarang solusi yang mereka hasilkan merupakan hal-hal yang tak terpikirkan sebelumnya oleh generasi yang lebih tua. Banyak terobosan baru yang mereka lahirkan, karena mereka punya paradigma berpikir yang berbeda, bahkan terjadi konflik pemikiran antara paradigma lama dan paradigma baru.
Kita dapat ambil contoh perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda dalam merumuskan kapan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Dengan dua karakter dasar di atas, mahasiswa diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pembangunan di daerahnya.
Mahasiswa adalah bagian pemuda yang selalu ditunggu perannya dalam pembangunan. Mahasiswa adalah sekumpulan elemen unik yang ditempatkan dalam posisi ideal dalam masyarakat. Mahasiswa memiliki kompetensi teoritis dan praktis sehingga membawanya pada sebuah identitas intelektual yang memiliki pengaruh dalam setiap perubahan sosial di bangsa ini. Pertanyaannya adalah, apa sajakah peran mahasiswa dalam membangun masyarakat? Kita telah memaklumi bersama bahwa mahasiswa termasuk kalangan elite. Hanya segelintir saja dari jutaan pemuda di Indonesia yang berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi.
Dalam ranah pembangunan, mahasiswa adalah kalangan yang memiliki potensi besar melakukan mobilitas. Bahkan, hal itu sudah dilakukan semenjak mereka resmi memiliki status sebagai mahasiswa karena status itu termasuk kelas menengah. Mahasiswa diharapkan oleh masyarakat untuk kembali dan membangun masyarakat, khususnya di daerah mereka berasal. Mahasiswa yang merantau seolah-olah menjadi perwakilan daerah untuk menyerap ilmu sebanyak mungkin yang kemudian diterapkan dalam pembangunan daerahnya suatu saat nanti. Peran mahasiswa sebagai agen pembangunan daerah merupakan salah satu peran yang diharapkan bisa dijalankan para mahasiswa, meskipun realitas mahasiswa zaman sekarang yang tak sedikit menghabiskan masa studinya dengan hura-hura atau bersenang-senang.
Sebenarnya, apa saja peran mahasiswa yang bisa dimainkannya dalam pembangunan daerah? Pertama, kita dapat melihat potensi mahasiswa dari aspek karakter mahasiswa. Kita memahami, mahasiswa memiliki watak idealis. Semua hal dilihat dan ingin dibentuk dalam tataran ideal. Baik dalam kehidupan mahasiswa itu sendiri, keorganisasian, berbagai sistem, dan kebijakan dalam masyarakat maupun kehidupan bernegara. Mahasiswa biasanya menjadi orang yang paling resah atas ketidakberesan, ketidakadilan, serta menginginkan tegaknya aturan dan norma kebaikan.
Dengan begitu, tepatlah manakala mahasiswa disebut sebagai agen kontrol sosial (social control), mengkritisi setiap ketidakberesan sistem di dalam kehidupan masyarakat maupun negara. Kedua, pemuda memiliki karakter pemikiran yang kritis dan kreatif. Mahasiswa sebagai bagian dari pemuda tak lepas dari sifat ini. Sejarah mengatakan, perubahan-perubahan besar berawal dari para pemuda. Kita dapat melihat bagaimana peristiwa Kebangkitan Nasional, Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, serta reformasi semua tidak luput dari peran para pemuda. Begitu pun dengan berbagai proses perubahan, revolusi dan pembaruan di belahan dunia lainnya.
Kaum muda memiliki frameberpikir yang khas. Berawal dari idealismenya, dia kritis terhadap persoalan-persoalan. Dengan kreativitasnya, dia menawarkan solusi-solusi atas berbagai persoalan yang ada. Tak jarang solusi yang mereka hasilkan merupakan hal-hal yang tak terpikirkan sebelumnya oleh generasi yang lebih tua. Banyak terobosan baru yang mereka lahirkan, karena mereka punya paradigma berpikir yang berbeda, bahkan terjadi konflik pemikiran antara paradigma lama dan paradigma baru.
Kita dapat ambil contoh perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda dalam merumuskan kapan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Dengan dua karakter dasar di atas, mahasiswa diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pembangunan di daerahnya.
SUMBER : http://kampus.okezone.com/read/2010/07/29/367/357689/mahasiswa-agen-pembangunan-daerah
SOLUSI MASALAH
Mahasiswa sebagai kaum muda yang sangat menjadi titik tolak ukur suatu kemajuan yang sangat berperan marilah menyatukan visi dan misi tanpa melihat perbedaan demi satu tujuan suatu kemajuan kearah yang lebih baik, jangan lagi memandang saling tinggi yang dapat mebuat suatu perpecahan. Lewat organisasi-organisasi kemahasiswaan lah dimulainya perjuangan membuat kebijakan-kebijakan yang sangat menentang apabila adanya ketidakadilan atau ketidakseimbangan dalam pembangunan-pembanguna, dan persatuan lah yang dapat mewujudkan segalanya karena itu mulai lah menyatukan visi dan misi kemahasiswaan demi terbentuk nya negara dan pembangunan yang adil dan merata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar